DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
“PERLINDUNGAN TANAMAN DAN KETAHANAN PANGAN”
PENULIS :
KHAFIDZ SUHASMI
NIM : 11282102668
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
BAB I
1.Pendahuluan
Perlindungan Tanaman dan Ketahanan pangan
A.Latar belakang
Tujuan utama pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan adalah untuk menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, khususnya kebutuhan pangan penduduk yang populasinya meningkat dengan cepat. Pada tahun 2000 ini penduduk di dunia diperkirakan mencapai 6,1 milyard dimana tiga perempat dari populasi ini hidup di negara berkembang dan lebih kurang separuhnya hidup di kawasan Asia dan Pasifik. Permintaan akan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan gaya hidup semakin meningkat. Ini berarti diperlukan lahan yang semakin luas, produksi bahan pangan, sandang, dan papan yang semakin meningkat. Skala pertumbuhan penduduk seperti di atas akan berdampak serius di negara berkembang, terutama pembangunan pertanian dan pedesaan khususnya dalam menghadapi penyerapan tenaga kerja. Kemungkinan untuk memperluas daerah pertanian baru adalah sangat terbatas, misalnya dengan mengadakan irigasi di daerah gurun pasir (Timur Tengah, Amerika Serikat, Afrika Utara), reklamasi dari daerah laut (Belanda, Jepang), pembukaan persawahan pasang surut di daerah Kalimantan dan Sumatera (Indonesia). Pembukaan satu juta hektar persawahan di lahan gambut di Kalimantan gagal dan terlantar. Hasil usaha tersebut belum dapat mengatasi masalah pangan bagi penduduk yang memiliki laju pertumbuhan lebih cepat.
b.Tujuan
a. Mengetahui cara perlindungan terhadap tanaman.
b. Mengetahui OPT dan PHT.
c. Mengetahui ganguan OPT.
d. Mengetahui perlindungan tanaman oleh hama.
e. Mengetahui hubungan perlindungan dan ketahanan pang
f. Untuk apa ketahanan pangan.
BAB II
2.Pembahasan
A.perlindungan tanaman dan ketahanan pangan
1.perlindungan tanaman
Semakin berkurangnya lapisan ozon berdampak bertambahnya panas di bumi mengakibatkan ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi dan pertanaman pangan lain kering dan tidak dapat dipanen. Kasus lain adalah kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan mencapai ribuan hektar bahkan jutaan hektar, polusi asapnya sampai di Singapura dan Malaysia. Bencana alam gunung berapi seperti awan panas, mengalirnya lava panas maupun dingin dapat menghanguskan dan menyapu tanaman pertanian di sekitarnya, abu gunung yang disemburkan juga dapat menurunkan produksi tanaman atau bahkan memusnahkan tanaman pertanian. Angin puyuh sering mengakibatkan tanaman roboh, patah, defoliasi, aborsi buah, dan kerusakan lain pada tanaman. Bencana banjir juga sering melanda dimana-mana baik di kawasan maupun di dunia, mengakibatkan ribuan bahkan jutaan lahan pertanian terendam air dan mati. Embun es mengakibatkan kematian pucuk tanaman. Pencemaran logam berat yang berasal dari limbah industri sering mengganggu pertumbuhan tanaman. Seluruh kejadian di atas merupakan kendala yang berasal dari faktor abiotik. Untuk hasil terbaik dalam pertanian petani harus memiliki intensifikasi usaha tani dalam usaha pertanianyaPilihan usaha lain tani ,adalah intensifikasi dilakukan oleh tani itu sendiri misalkan saja :
1. Penggunaan bibit unggul,yang tahan hama dan penyakit,serta baik.
2. Penggunaan pupuk yang rasional.
3. Mengusahakan irigasi yang teratur.
4. Mengaplikasikan teknik cocok yang baik.seperti mengatur jarak tanam,pemeliharaan.
5. Pengendalian OPT(organisme pengganggu tanaman)
Di Indonesia usaha intensifikasi telah memberikan hasil yang positif, ditandai dengan meningkatnya produksi pertanian secara nyata sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Puncak produksi pangan khususnya beras telah tercapai sehingga Indonesia dikenal dunia sebagai negara berswasembada beras. Tetapi swasembada beras nampaknya sulit dipertahankan sehingga Indonesia mulai tahun 1997/98 kembali mengimpor beras dari manca negara. Mengapa demikian ? Nampaknya peningkatan produksi pertanian masih merupakan hal yang cukup rawan, mengingat banyak kendala yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain pengaruh dari dua faktor yang sangat dominan, yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Kendala yang berasal dari faktor biotik adalah adanya gangguan dari OPT yang terdidi atas hama, penyakit, dan gulma. Menurut Triharso (1994) gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada pengurangan kuantitas atau kualitas dari hasil yang diharapkan.
Macam gangguan yang berasal dari faktor biotik antara lain: kerusakan akar, kerusakan batang, kerusakan daun, kerusakan cabang, ranting dan pucuk, kerusakan bunga, buah dan biji, dan kerusakan pada umbi atau ubi.
Di dalam mempelajari interaksi antara tanaman dengan OPT perlu dibedakan dua pengertian tentang luka (injury) dan kerusakan (damage).
Perlu dicatat bebrapa kasus seperti bunga tulipa yang warna mahkotanya belang-belang karena serangan virus, meskipun mengalami proses fisiologis yang tidak normal tetapi harganya lebih mahal daripada bunga yang normal. Kasus lain adalah kelapa kopyor harganya lebih mahal daripada yang normal. Demikian pula serangan ulat kipat (Cricula trifenestrata) pada tanaman jambu mete, kedondong dan apokat cenderung memacu pembungaan dan pembuahan lebih banyak daripada tanaman normal. Kasus-kasus di atas meskipun terjadi penyimpangan proses fisiologis, tetapi ditinjau dari segi penanamnya (ekonomi) tidak terganggu karena memberikan keuntungan yang lebih besar.
Tipe pengganggu dapat bersifat biotik dan abiotik. Selain itu, gangguan pada tanaman mungkin dapat disebabkan oleh kerja sama antara dua faktor atau lebih pengganggu. Kerja sama tersebut dapat terjadi dengan cara yang beragam, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut. Antagonisme timbul bila ada satu organisme membuat tidak dimngkinkan adanya organisme lain seluruhnya atau sebagian, misalnya karena dihasilkan antibiotika. Antagonisme timbul pada jamur dan bakteri. Sejarah telah mencatat bahwa peran OPT sebagai pengganggu tanaman.OPT membuat kerugian para petani baik kerugian yang dapat dinilai dengan uang maupun kerugian yang sukar dinilai dengan uang.Beberapa contoh kerugian tanaman yang disebabkan oleh gangguan OPT yaitu :
a. Penyakit pada kentang oleh jamur Phytophtora infestans.
b. Kerusakan padi karena jamur Helminthosporium oryzae
c. yang menyebabkan kerugian 50 – 90 % dan berakibat terjadinya kelaparan.
d. Penyakit habang virus (Indonesia) atau penyakit merah (Malaysia) atau penyakit tungro (Filipina) atau penyakit yellow orange leaf (Thailand),yang menyerang padi.
e. Populasi hama weereng coklat batang padi Nilaparvata lugens yang menyerang padi.
f. Hama babi hutan yang sangat banyak yang menyerang lahan pertanian.
Usaha yang dilakukan dalam menanggulangi maslah OPT (hama, penyakit dan gulma) berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Organisme Pangganggu Tanaman terdiri dari tiga kelompok pengganggu yaitu hama (binatang Vertebrata dan Invertebrata), penyakit (Mikoplasma, Virus, Jamur, Bakteri) dan gulma (rumput-rumputan dan gulma berdaun lebar). OPT tersebut sangat besar peranannya di bidang pertanian karena sebagai pengganggu tanaman mereka mampu membuat luka tanaman, luka menyebabkan kerusakan tanaman, selanjutnya kerusakan tanaman akan berdampak pada penurunan angka hasil dan mutu hasil produksi tanaman. Akhirnya penurunan angka hasil dan mutu hasil tersebut akan berdampak pada kerugian.
Dalam mengganggu tanaman, pengganggu dapat bekerja sendiri-sendiri atau dapat bekerja sama antara dua atau lebih pengganggu (vektor, sinergisme, mengangkut, membuat jalan masuk). Gangguan hama lebih banyak bersifat mekanik yang prosesnya tidak
berkesinambungan, gangguang penyakit lebih bersifat gangguang fisiologis tanaman yang sifatnya berkesinambungan dan gangguan gulma lebih bersifat persaingan baik unsur hara maupun cahaya. Dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup manusia akan pangan dan sandang, maka setiap usaha budidaya pertanian mutlak perlu dilakukan perlindungan tanaman terhadap OPT. Perlindungan tanaman dapat dilakukan melalui berbagai taktik pengendalian hama dan penyakit (mekanik, fisik, kultur teknis, penggunaan tanaman tahan hama dan penyakit, hayati, rekayasa genetik, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen, pheromon dan pestisida) yang dilakukan dalam satu kesatuan pengendalian yang lazim dikenal sebagai PHT (Pengendalian/Pengelolaan Hama Terpadu). Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas beberapa tahun mendatang serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang sadar akan keamanan pangan dan lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peran perlindungan tanaman menjadi semakin peting, utamanya perlindungan tanaman yang sifatnya ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak residu pestisida. A.Perlindungan terhadap hama Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama, akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama. Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis-jenis hama yang dijumpai di lapangan. Dalam mengidentifikasi dapat dicari dari golongan atau dari jenis apa misalkan saja dari kelas filum yang diambil dari Animal kingdom Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis). Seperti dari jenis filum berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain).
1. Cara merusak dan cara gejala kerusakan.
Pembicaraan mengenai cara merusak dan gejala merusak yang diakibatkan oleh serangan hama khususnya dari serangga tidak dapat lepas dari pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama. Dengan tipe alat mulut tertentu, serangga hama dalam merusak tanaman akan mengakibatkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala ataupun tanda serangan akan dapat membantu dalam mengenali jenis-jenis hama penyebab yang dijumpai di lapangan. Bahkan lebih jauh dari itu dapat pula digunakan untuk menduga cara hidup ataupun untuk menaksir populasi hama yang bersangkutan.
Berdasarkan pada cara merusak dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya, maka hama-hama penyebab kerusakan pada tanaman dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu hama penyebab gejala puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah, dan hama pengorok (miner)
Jenis-jenis serangga dapat dikelompokkan berdasarkan tipe alat mulutnya. Dengan tipe alat mulut tertentu, perusakan tanaman oleh serangga akan meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala serangan
akan memepermudah untuk mengetahui jenis hama penyebab kerusakan yang dijumpai di lapangan. Gejala kerusakan dalam bentuk intensitas serangan hama dapat juga digunakan untuk menduga tingkat populasi hama di lapangan. Berdasarkan cara merusak dan tipe gejala, ada tujuh tipe yaitu hama penyebab puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah dan hama penggorok (miner).
2. Cara pengendalian hama.
Pada dasarnya, pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi. Cara terbaik pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian hama terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. cara pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari :
1. Pengendalian secara mekanik.
2. Pengendalian secara fisik.
3. Pengendalian hayati.
4. Pengendalian dengan varietas tahan.
5. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam.
6. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi.
7. Pengendalian kimiawi.
A. Pengendalian mekanik
Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual. Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak dilakukan di daerah-daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah. Pengendalian ini petani biasanya langsung turun ke sawah untuk mencari hama yang menyerang baik dari hama tikus,wereng,belalang dll.
B. Pengendalian secara fisik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup.
Bahan-bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya
disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen.
C. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh-musuh alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen-agen pengendali alami akan menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh musuh-musuh alaminya.
D. Pengendalian dengan variates tahan.
Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan hama.
E. Pengendalian hama dengan pengaturan cara bercocok tanam. Pengendalian ini merupakan usaha untuk mengubah lingkunagn hama dari keadaan yang cocok menjadi sebaliknya. Dengan mengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu.
a. Tanam serentak meliputi satu petak tersier (wikel) dengan selisih waktu maksimal dua minggu dan selisih waktu panen maksimal 4 minggu, atau dengan kata lain varietas yang ditanam relatif mempunyai umur sama b. Pergiliran tanaman meliputi areal. c. Pergiliran varietas tahan.
E. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi.
Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman yang diusahakan manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak-semak, gulam dan lain-lain). Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman.
F. Pengendalian kimia.
Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang sedang menyerang tanaman.
a. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga.
Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
b. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
c. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus.
Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.
d. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 SaturnD.
e. Fungisida :digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur).
Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
f. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
g. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
Contoh : Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).
Perlindungan tanaman tidaak hanya untuk hama namun kepada semua yang menggangu misalkan gulma,penyakit,dll.penangannanya pun berbeda satu sama lain karna beda penggangu beda perlakuan dan pemusnahanya.gulma pada pertanian sangatlah menggangu tanaman karna terjadi banyak persaingan antara tanaman dan gulma yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Persaingan dalam merebutkan unsure-unsur yang diperlukan tanaman harus dibagi dengan penggangu yakni gulma.
2.Ketahanan pangan
Perlindungan tanaman dan ketahanan tak bias dipisahkan tanaman yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula dan yang terpenting adalah hasil produksi dapat melimpah dengan perlindungan tanaman yang maksimal yang membuat ketersiediaan bahan pangan terpenuhi dan bahkan berlebih sampai kepasar ekspor.namun ketahanan pangan harus lebih dipentingkan kepada kebutuhan masyarakat secara cukup,merata dan terjangkau dengan kualitas dan kuantitas produk pangan yang baik. Adapun keterkaitan perlindungan tanaman dan ketahanan pangan memiliki beberapa poin yang penting yakni:
1. Sasaran ketahanan pangan adalah mencukupi kebutuhan pangan untuk seluruh penduduk secara cukup, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan berkaitan dengan kuantitas dan kualitas .
2. Serangan OPT di pertanaman rata-rata menurunkan produksi 30% dari produksi hasil dan pada tahap pasca panen menurunkan 20% potensi hasil.
3. Dengan penerapan kebijakan dan teknologi perlindungan tanaman (PHT) yang benar, kehilangan hasil akibat serngan OPT dapat dikurangi sehingga kuantitas dan kualitas hasil dapat meningkat daripada sebelumnya.
4. Peningkatan produksi pangan di dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan domestik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor ----- menghemat DEVISA
5. Dengan menerapkan prinsip dan metode PHT sejak di pertanaman sampai pasca panen (dari hulu sampai hilir), para petani dengan mudah dapat memenuhi persyaratan keamanan pangan yang diminta oleh pembeli/konsumen terutama konsumen GLOBAL. Produk PHT tidak akan mengandung residu pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.
6. Dengan penerapan teknologi Perlindungan Tanaman yang tepat, konsekuen dan efektif, petani dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing di pasar domestik dan global. Mutu dan harga produk meningkat sehingga dapat meningkatkan ekspor komoditas pertanian
7. Dengan teknologi Perlindungan tanaman ekspor meningkat, impor menurun sehingga dapat meningkatkan surplus perdagangan komoditas pertanian.
Pada dasarnya ketahanan pangan bersektor pada hasil pertanian,jika hasil pertanian tidak baik maka kebutuhan pangan akan berkurang dan semakin berkurang,dan apabila tidak ditanggulangi dapat menurunkan hasil pangan dan berakibat pada ketahanan pangan untuk masyarakat dan daerah akan terhambat yang membuat pemicu terjadinya kekurangan bahan pangan. Inilah mengapa ketahanan pangan dan perlindungan tanaman sangat berkaitan apa bila perlindungan tanaman berlaku dengan baik dan hasil dari produksifitasnya sangat baik maka kebutuhan pangan akan tetap terjaga dan terpenuhi sepanjang masa.
KESIMPLAN Cara terbaik pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian hama terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. cara pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari : Pengendalian secara mekanik.Pengendalian secara fisik.
Pengendalian hayati,Pengendalian dengan varietas tahan.Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam,hama dengan sanitasi dan eradikasi.Pengendalian kimiawi. Perlindungan tanaman tidaak hanya untuk hama namun kepada semua yang menggangu misalkan gulma,penyakit,dll.penangannanya pun berbeda satu sama lain karna beda penggangu beda perlakuan dan pemusnahanya.gulma pada pertanian sangatlah menggangu tanaman karna terjadi banyak persaingan antara tanaman dan gulma yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Perlindungan tanaman dan ketahanan tak bias dipisahkan tanaman yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula dan yang terpenting adalah hasil produksi dapat melimpah dengan perlindungan tanaman yang maksimal yang membuat ketersiediaan bahan pangan terpenuhi dan bahkan berlebih sampai kepasar ekspor.namun ketahanan pangan harus lebih dipentingkan kepada kebutuhan masyarakat secara cukup,merata dan terjangkau dengan kualitas dan kuantitas produk pangan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gajdah Mada University Press. Yogyakarta. Fryer, J.D. & S. Matsunaka. 1988. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.
www.wikipedia.com
www.google.com/search
www.pertanianmeranti.blogspot.com